*M. Syafaat
“Peradaban yang tinggi hanya akan mampu di bangun oleh orang-orang yang memiliki ide dan narasi yang besar, selanjutnya dengan ide dan narasi besar itu mereka melakukan kerja dan peran yang besar, buah dari itu semua adalah sifat kepahlawanan, oleh sebab itu benarlah sebuah adegium yang mengatakan; pahlawan itu adalah mereka yang melakukan pekerjaan yang tak dilakukan oleh orang-orang kebanyakan...”
Kampus adalah basis intelektualitas dan perubahan, dari kampuslah lahir ide-ide, narasi, gagasan, konsep, dan cerita tentang perubahan, perbaikan dan kemajuan. Kampus juga merupakan wahana impian para pemimpi dan pekerja peradaban. Disana mereka membentuk jati diri dan kepribadian yang akhirnya berbuah suatu sikap yang dinamakan karakter.
Selain peran intelektualitas dan perubahan, kampus juga berperan sebagai basis moralitas dan spritualitas. Peran inilah yang perlahan mulai terkikis oleh gagasan pragmatis-sekularis yang hanya mengedepankan logika dan eksplorasi nalar belaka, buah dari itu semua adalah menjadikan dunia sebagai tolok ukur kesuksesan dengan menghalalkan segala cara dan mengenyampingkan nilai, etika, estetika dan norma-norma yang berlaku.
Membangun Mimpi Melalui Aksi
Bukankah semua berawal dari mimpi? (Copas Laskar Pelangi), lihatlah,semua peradaban yang pernah dibangun oleh manusia, semuanya dibangun dan diawali dengan mimpi, seperti mimpi Socrates, Aristoteles, Montesqieu, Hobbes..,yaa,,mereka yang semula hanya bermimpi tentang bagaimana perkumpulan dan komunitas manusia memiliki peraturan dan norma hukum, akhirnya buah mimpi mereka diaplikasikan dalam bentuk gagasan dan ide tentang niscayanya keberadaan sebuah negara yang akhirnya disambut oleh manusia dengan membentuk polis-state (negara kota yang teratur), makanya jangan meremehkan dan bermain-main dengan mimpi, dari mimpilah lahir cerita tentang modernitas yang digagas barat, perubahan sosial yang diawali dengan revolusi industri di inggris, demokrasi, dan kemajuan peradaban manusia lainnya. Kampus adalah lahan basah untuk mengukir dan menerjemahkan impian yang dimiliki. Oleh sebab itu bermimpilah dan jangan sekali-kali membatasi impian anda pada sekat-sekat dan ruang batas yang sempit, jadilah pemimpi yang baik, ukirlah mimpi untuk kemashlahatan orang banyak, dan bukan mimpi yang disempitkan hanya untuk kesenangan pribadi, kelompok dan golongan saja.
Mempunyai mimpi dan narasi yang besar adalah modal utama untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik, langkah selanjutnya, ketika kita sudah memiliki mimpi dan narasi ini, maka berusahalah sekuat tenaga untuk mengaplikasikan mimpi kedalam ranah kehidupan yang nyata, berbuatlah dan awali dalam skup terkecil dan mulailah dari diri sendiri, selanjutnya pastikan tingkah laku, perbuatan, serta aksi kita bisa dirasakan oleh orang lain, bisa dinikmati oleh publik dan masyarakat yang sudah sejak lama merindukan sang pembaharu (mujaddid) yang akan membawa kehidupan mereka kearah yang lebih baik dari keadaan mereka yang sekarang. Sehingga keimanan yang melekat dalam diri kita bisa dirasakan oleh orang lain, dinikmati oleh masyarakat dan negara, bahkan oleh bangsa hewan sekalipun.
Sejenak kita tinggalkan pembahasan tentang mimpi, karena mimpi itu telah melekat kuat, karena narasi itu telah hidup secara permanen dalam setiap hembusan nafas dan cita kehidupan kita, selanjutnya saya ingin menceritakan tentang sebuah komunitas yang kokoh, kuat dan saling sinergis, mereka yang rela berkorban dan mengorbankan apa saja yang wajar, baik berupa pikiran, waktu maupun harta mereka, mereka adalah individu-individu yang sadar akan hakekat peran dan bagaimana cara mengaplikasikan mimpi , gagasan, serta ide yang mereka miliki, mereka adalah para pecinta ilmu yang rela beranjak dari satu majelis ilmu ke majelis ilmu lainnya, dari satu ruangan keruangan yang lainnya, dari satu guru ke guru yang lainnya, dari satu surat ke surat lainnya, dari satu kampus kekampus lainnya, yaa,,mereka yang tak banyak menuntut, tak terlalu sok mengkritisi, tapi mereka ingin lebih banyak berbuat, mereka yang merasa masih minim berkontribusi untuk kebaikan walaupun sudah berpeluh, berpanas dalam ruang kebaikan itu...yaa,,mereka yang sadar akan kodratnya sebagai manusia, serta memaksakan dirinya untuk lebih banyak berbuat demi masyarakatnya, bangsanya serta agamanya.
Seorang pemain bola seperti David Beckham juga begitu, dia terlihat lebih ekspresif dan agresif, bahkan menurut cerita dari sang pelatih, David Beckham adalah pemain yang bekerja keras, memaksa diri untuk lebih, dan dia menambah jam latihannya disaat pemain yang lainnya beristirahat, akhirnya kita mengenal David Beckham adalah pemain yang memiliki akurasi tendangan bebas yang sulit dicari tandingannya. Banyak para tokoh, ilmuan serta mereka yang sukses membangun peradabannya adalah mereka yang tak mengenal kamus kegagalan dalam hidupnya, lihatlah sang penemu bola lampu, Thomas Alfa Edison, anak yang tak memiliki jenjang pendidikan formal ini berhasil dalam percobaan bola lampunya setelah ia mengalami kegagalan sebanyak 990 kali,,subhanallah..
Dari mimpi menuju aksi,,ya itulah hakekat kehidupan kita, dari ilmu menuju amal, dari gelap menuju cahaya, dari kebodohan menuju ilmu pengetahuan, kita harus sadar bahwa kemunduran ummat Islam adalah akibat terjebak dalam kesalahan interpretasi akan teks-teks suci (nash), merasa bahwa kehidupan dunia ini sementara sifatnya kemudian berlomba-lomba menjauh dari ilmu pengetahuan dan teknologi dan selanjutnya memilih hidup “zuhud” dalam dekapan ruang-ruang gelap dan pengap, tak ubahnya bagai rahib dan pendeta Yahudi yang diejek berulang kali didalam al-Qur’an. Ummat Islam juga harus berbenah, sekarang bukan saatnya lagi terjebak dalam dogmatis agama yang terkadang bersifat parsial-tradisional, masih saja larut dalam irama menyalahkan orang lain yang berbeda mazhab, berbeda cara pandang, mudah mengkafirkan dan membid’ahkan perbuatan orang lain, seolah-olah kebenaran hanya milik mereka dan surga hanya miliknya dan golongannya. Na’uzubillah..
Dari Ide selanjutnya diterjemahkan kealam nyata. Para intelektual Muslim yang dididik dan dibina dikampus harus menyadari akan hakekat kedalaman peran dan fungsinya, selain mereka bekerja dan berbuat sesuai dengan spesialisasi dan kompetensi keilmuan yang dimilikinya, mereka harus memiliki kesadaran yang kuat, kesadaran untuk membangun ummatnya yang sedang tertidur lelap, dibuai oleh indahnya mimpi yang tak jua hadir dalam kehidupan nyata mereka, inilah peran terbesar para penyeru kebaikan hari ini. Menyadarkan orang yang sedang terlena bukanlah tugas yang mudah, harus ada kesabaran yang menggunung yang harus dimiliki, kesungguhan yang tak mengenal batas, bagaimanapun juga, Ummat harus keluar dari belenggu sikap skeptis dan nrimo apa yang ada. Mereka harus dipaksa dan dituntun untuk berpikir kearah kemajuan dan ilmu pengetahuan, yang dengan bekal itu ummat akan kembali membangun ketinggian peradabannya. Sikap reaktif ummat harus diubah menjadi sifat pro-aktif, al-Quran tak akan bermanfaat kalau hanya sekedar dibaca secara rutin, kemudian disakralkan dalam ritual-ritual seremonial keagamaan belaka, ummat harus disadarkan bahwa al-Qur’an hanya akan bermanfaat bagi mereka jika dibaca, dipahami, ditafsirkan dan di terjemahkan dalam kehidupan mereka.
Tahun Baru, Momentum Perubahan
Seperti tahun-tahun sebelumnya, sebenarnya tak ada yang baru ditahun baru ini, hanya sebagai muslim kita harus meyakini bahwa hari kemaren harus lebih baik dari pada hari ini, dan hari ini harus lebih baik dari pada lusa dan begitu seterusnya, dan hal ini harus menjadi misi bersama (one mission) bagi setiap pribadi-pribadi muslim yang mengalir semangat perubahan dan perbaikan dalam dirinya.
Mengawali awal tahun 2012 ini, sejenak kita mengevaluasi diri, lihatlah ragam peristiwa yang terjadi di dunia ini, begitu cepat gelombang perubahan merubah tatanan dunia hari ini, Revolusi Arab (Arab Spring) yang dikenal dengan “revolusi melati” membuka mata kita akan kerinduan Ummat yang memuncak akan perubahan kearah perbaikan dan kesejahteraan, kediktatoran dan patriomornialisme kekuasaan hanya berakibat penindasan dan kezhaliman, pengabaian hak-hak ummat dan keterbelengguan.
Disaat Ummat Islam masih berkutat dengan masalah internal yang tak pernah selesai (lihatlah Sudan yang masih dilanda konflik perang saudara, Palestina yang tak kunjung mendapatkan kemerdekaannya, Irak yang terbelenggu hegemoni Amerika, Pakistan yang tak kunjung damai, Indonesia yang tak jua sejahtera) , Amerika dan Barat berpesta pora dalam kemajuan peradaban yang dicapainya, lihatlah tatanan dunia yang hari ini mereka kuasai, baik disektor Ekonomi, Politik, Militer, Budaya, Olah Raga, Kesehatan, Industri, dan hampir disemua sektor kehidupan.
Mengawali awal tahun 2012 ini, harus ada gebrakan nyata yang dilakukan oleh para Mahasiswa Muslim. Gerakan yang tak lagi sekedar aksi dijalanan, aksi yang bukan hanya sekedar menyentuh kulit permasalahan saja, akan tetapi gerakan yang mampu memberikan kontribusi yang riil bagi perubahan ummat kearah yang lebih baik, hingga muslim dimanapun dia berada mereka berani menegakkan kepalanya dihadapan Amerika dan Barat, tanpa merasa malu dengan keadaan negerinya. Mahasiswa muslim memiliki peran dan tanggung jawab intelektualitas, mereka harus mampu memadukan nash dan kondisi realitas kekinian, menginterpretasi dan menerjemahkan teks-teks suci kedalam kontekstualisasi zaman.
Multi spesialisasi dan kompetensi yang dimiliki mahasiswa muslim harus mampu disatukan dalam satu wadah perjuangan dan pergerakan bersama guna membawa mashlahat yang lebih besar bagi ummat, bahkan bukan lagi dalam skup lokal, tapi mendunia (‘alamiah). Saatnya kampus menjawab tantangan zaman ini. Ketika kompetisi sudah menjadi hal yang niscaya, disaat itulah para mahasiswa muslim harus tampil memberikan solusi alternatif bagi kompleksitas permasalahan ummat dan dunia. Harus pula diingat, bahwa kemajuan peradaban yang telah dicapai oleh barat hari ini disatu sisi mengalami ketimpangan yang sangat tragis. Kemajuan industri, modernisasi disegala bidang membutakan mata mereka tentang pentingnya peran spritualitas agama. Akibatnya, agama sudah tak lagi menduduki peran yang penting dan sakral, akan tetapi hanya menjadi unsur pelengkap kehidupan individu-individu mereka. Akibat jauhnya manusia dari agama di Barat, maka terjadilah tragedi kemanusiaan, seperti sifat individualistik yang mengakar, hilangnya spirit kebersamaan, timbulnya penyakit sosial seperti HIV, dan virus-virus kelamin mematikan lainnya, terkikisnya rasa persaudaraan, hubungan seks sesama jenis, bahkan yang terbaru di legalkannya pernikahan sejenis di beberapa negara Barat, dan penyakit kronis lainnya.
Disaat seperti ini Islam harus kembali mengambil perannya sebagai Ustaziyatu al-‘Alam (Sebagai Soko Guru Peradaban Dunia), Islam harus tampil dalam misi universalitas ajarannya, kasih sayang, perdamaian, dan al-Ishlah (memeperbaiki), semuanya dibingkai dalam ilmu pengetahuan, ajaran cinta kasih, dan persaudaraan (al-Ukhuwah). Semoga mahasiswa muslim di kampus-kampus di Indonesia dan di belahan dunia lainnya harus mampu mengambil peranan ini dan tentunya secara perlahan-lahan (graduall) mengambil alih peran mengayomi dan memakmurkan dunia dengan nilai-nilai dan semangat Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin... Semoga
*Ketua Himpunan Mahasiswa Pasca Sarjana Riau Yogyakarta (HMPRY) 2012-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar